/* embed JW Player Code */ /* embed JW Player Code */

Senin, 29 Juli 2013

Mesucikan diri dari dosa batin (Takhalii 3)

Maksiat batin yang menimbulkan dosa batin adalah sangat berbahaya, karena dia tidak kelihatan dan berada pada diri manusia itu sendiri. Maksiat batin inilah yang menimbulkan dan membangkitkan maksiat lahir yang berbentuk kejahatan-kejahatan, yang dilakukan oleh anggota badan lahir. Maksiat batin tumbuh dan berkembang oleh sebab jarang disucikan atau tidak pernah disucikan.

Syekh Amin Al Kurdi mengatkan bahwa maksiat batin itu sebagai sifat-sifat tercela dan itu merupakan najis-najis maknawiyah yang tidak mungkin orang mendekatkan diri kepada Allah sebelum disucikan. Sebagaimana halnya tidak mungkin seorang mendekatkan diri kepada Allah, kalau najis-najis As Shuriyah (najis materi) disucikan terlebih dahulu. Sifat-sifat tercela yang mengotori diri rohani manusia itu banyak sekali, antara lain, hasad (iri hati), haqad (dengki), kibir (sombong, takabur), ujub (bangga diri), bakhil (kikir), riya (pamer), hubbul mal (cinta harta), hubbul jah (cinta pangkat), tafaakhur (bangga diri), ghadlab (pemarah), ghibah (pengumpat), namimah (ngerumpi keburukan orang), kizib (dusta), kasratul kalam (banyak bicara), dan lain-lain.

Pusat dari segala sifat yang tercela tadi adalah hati nurani atau diri rohani manusia itu sendiri. Dalam kajian tasauf dan tarekat, dinamakan latifatul qalbi yang merupakan latifatul rabbaniyah, yaitu roh yang suci yang paling halus yang menjadi hakikat dari diri manusia. Itulah yang dinamakan diri yang sebenar diri. Latifatul qalbi merupakan induk latifah-latifah yang lain. Dengan dialah kita dapat mendekaatkan diri kepada Allah SWT, manakala dia telah dibersihkan dari kotoran-kotoran lahir dan batin, kemudian diisi dengan zikrullah. Selanjutnya *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...